Kasongan, sebuah tempat yang tak diragukan lagi sebagai Sentra Kerajinan utama di Bangunjiwo, telah menjadi aset berharga bagi Kabupaten Bantul. Bahkan, nama Kasongan sendiri mungkin lebih dikenal daripada nama desanya: Bangunjiwo. Di sini, cemerlangnya pusat kerajinan gerabah memancarkan pesonanya, menghasilkan ratusan, bahkan ribuan, karya keramik dengan beragam jenis, bentuk, dan ukuran.
Lebih dari 300 pengrajin yang mengerahkan lebih dari seribu tenaga kerja, sentra kerajinan ini berhasil menembus pangsa pasar internasional. Deretan showroom yang tersusun rapi di sepanjang jalan, dikombinasikan dengan workshop para pengrajin, memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk merasakan pengalaman langsung dalam proses pembuatan keramik. Selain itu, festival seni Kasongan yang diadakan setiap tahun menambah daya tarik, menjadikan Kasongan tak sekadar destinasi wisata kerajinan, tetapi juga pengalaman yang tak terlupakan bagi setiap pengunjungnya.
Tanah liat, bahan dasar dari kerajinan ini, menjadi media magis yang diolah oleh para pengrajin di Bangunjiwo. Dari tangan-tangan terampil ini, muncullah berbagai bentuk dan karya seni yang tak hanya terbatas pada perkakas dapur. Gerabah Kasongan melampaui batasan-batasan konvensional dan melahirkan aneka seni rupa, seperti asbak, guci, pot bunga, patung, dan souvenir yang memesona.
Keunikan gerabah Kasongan tak hanya terletak pada hasil jadi, tetapi juga pada semangat inovatif yang terus mengalir di antara para pengrajin. Kecanggihan tangan-tangan lihai ini telah menjadikan kerajinan ini tetap relevan seiring berjalannya waktu. Dan dalam keberagaman hasilnya, mari kita telusuri beberapa di antaranya.
Pot Tanaman
Sebuah pot tanaman mungkin hanya berfungsi sebagai wadah, tetapi saat terwujud sebagai karya seni, nilai estetika dan keindahan yang terpancar membuatnya bernilai tinggi. Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII hingga ke IX, pot-pot tanaman ini bahkan menjadi andalan dalam memperindah taman-taman di sekitar Keraton Yogyakarta.
Kini, gerabah Kasongan telah mengalami evolusi bentuk dan coraknya, memberikan variasi yang tak terhingga. Para pengrajin dengan kreativitas tak terbatas menghasilkan pot-pot tanaman yang disesuaikan dengan selera dan kebutuhan para pelanggan, dilengkapi dengan warna dan lukisan indah yang memberikan sentuhan istimewa.
Atap Rumah
Keberanian untuk mengekspresikan kreativitas juga terlihat dalam penggunaan gerabah Kasongan dalam konstruksi bangunan, yang mungkin tak terduga. Sarijo, seorang sarjana muda lulusan Universitas Negeri Yogyakarta, adalah salah satu contoh di antara banyak perajin yang berani mengeksplorasi ini.
Dengan ilmu yang dimilikinya, Sarijo mengembangkan rancangan baru yang fokus pada penggunaan gerabah untuk menghiasi atap rumah, khususnya wuwungan. Setiap wuwungan yang dihasilkan membawa detail rumit dan ciri khas tersendiri, menunjukkan betapa seni dan kerajinan dapat berpadu harmonis dalam arsitektur.
Ubin Terakota
Gerabah Kasongan tak hanya terbatas pada karya seni atau arsitektur besar, tetapi juga menyatu dengan unsur-unsur kecil seperti ubin terakota. Para pengrajin dengan mahirnya membentuk ubin-ubin ini menciptakan keindahan alami dan unik yang dapat memberikan sentuhan istimewa pada setiap sudut bangunan.
Peralatan Dapur
Tak hanya didominasi oleh para pengrajin pria, gerabah Kasongan juga memberi ruang bagi perajin wanita untuk berkreasi dalam urusan dapur. Dari tungku hingga mangkok, gerabah yang diolah menjadi peralatan dapur tak hanya mempertahankan relevansinya, tetapi juga mengambil nilai seni dan budaya Jawa yang kental. Produk-produk ini tak hanya dijual di depan rumah-rumah para pengrajin, tetapi juga merambah dunia maya, menarik minat wisatawan dalam dan luar negeri untuk membawa pulang potongan seni dari Bangunjiwo.
Gerabah Kasongan adalah manifestasi kreativitas, keindahan, dan identitas budaya. Sebagai salah satu permata seni Indonesia, gerabah ini tak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi para pengrajin, tetapi juga menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan melalui keindahan yang tak tergoyahkan. Bangunjiwo, desa yang menghidupkan gerabah Kasongan, telah membuktikan betapa seni dan kreativitas tak mengenal batas waktu.