Industri Kreatif Bantul, Ribuan Tahun Lahir dan Berkembang

Perkembangan industri kreatif Bantul sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Merunut berbagai macam peninggalan situs, petilasan, dan artefak menunjukkan bukti yang kuat masyarakat Bantul telah aktif dalam dunia kriya kreatif kerajinan.

Menurut buku profil Bantul Kota Kreatif, sejarah industri kreatif di Bantul dibagi ke dalam 4 masa:

1. Masa Proto Historis

Warisan seni kriya zaman prasejarah adalah konsep segitiga harmoni yang mendasari setiap penciptaan karya seni kerajinan. Segitiga ini adalah bentuk keseimbangan harmoni antara manusia, alam semesta, Tuhan sang pencipta. Segitiga harmoni merupakan pengejawantahan norma hidup, tata nilai, etika sosial, adat istiadat, perilaku, dan pandangan hidup orang Jawa.

Pada masa proto historis, ciptaan kriya kreatif memiliki hubungan yang sangat kuat dengan keyakinan pada era Mataram Kuno.

Bentuk Meru atau gunung adalah bentuk yang banyak mempengaruhi hasil kriya kerajinan. Masyarakat yakin bahwa gunung adalah tempat bersemayam para leluhur dan dewa-dewa mereka.

Artefak kriya gerbah situs Gunung Wingko

Berkembangnya industri kreatif di Bantul pada masa itu ditandai dengan ditemukannya peninggalan artefak seperti pecahan tulang manusia dan hewan, pecahan gerabah dan perunggu, serta pecahan keramik asing.

Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta menemukan artefak tersebut di Gunung Wingko, Kecamatan Sanden. Produk kerajinan tersebut diduga digunakan sebagai sarana ritual religius bekal kubur.

Keyakinan masyarakat memberikan bekal kubur kepada orang yang meninggal mengindikasikan adanya perbedaan strata sosial masyarakat. Adapun temuan produk logam menunjukkan interaksi antara masyarakat dengan masyarakat luar lewat perdagangan.

2. Masa Sejarah

Masa sejarah dapat ditarik awalnya dari perjalanan sejarah Mataram Kuno (sekitar abad ke-8) hingga Mataram Islam. Nama Mataram adalah salah satu kerajaan yang mengukir namanya dalam sejarah Peradaban Indonesia.

Peninggalan yang mencolok dari masa Mataram Kuno adalah candi-candi yang menjadi asal usul akar budaya Jawa. Banyaknya relief yang terpahat pada dinding candi memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat pada zaman tersebut.

Aktivitas yang banyak terlihat adalah pembuatan produk kerajinan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik untuk ritual maupun rumah tangga.

Pada awalnya produksi kriya kreatif dilakukan oleh keraton atas perintah raja untuk membantu kehidupan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Lambat laun aktivitas tersebut berkembang, tidak hanya dilakukan oleh keraton namun juga oleh masyarakat biasa.

Dari sini berkembang adanya perbedaan hasil kerajinan produksi keraton dan masyarakat biasa. Muncullah istilah produk alusan (high quality) dan produk kasar (low quality). Produk kriya hasil lingkungan keraton dikatakan sebagai seni alusan karena masih menjunjung tinggi nilai-nilai pakem yang berhubungan dengan ritual magis. Ada makna yang tersirat dari setiap produk yang dihasilkan.

Sedangkan produk kerajinan seni rendah yang dihasilkan masyarakat tidak memiliki unsur filosofis, dan cenderung hanya untuk pemanfaatan praktis sesuai fungsinya.

3. Masa Tradisi Ekspresi Modern

Masa ini dimulai pada abad 18-19 seiring dengan masuknya pengaruh gaya kolonial Eropa. Bangkitnya revolusi industri di Eropa ditandai dengan proses mekanisasi yang membuat pekerjaan lebih efisien. Barang produksi bisa dihasilkan dalam waktu satu hari, yang sebelumnya membutuhkan 10 hari.

Kemajuan dan kemudahan ini membuat pola konsumsi beranjak naik. Secara tidak langsung menuntut para pengrajin kriya untuk menghasilkan produk yang serba tepat ukuran, presisi, massal, dan dikerjakan dalam tempo yang sudah ditentukan.

Produk karya seni pada masa ini diukur dengan tingkat kerumitan, kehalusan, dan harga yang mahal. Adanya perdagangan barang-barang kreatif dari budaya lain menghasilkan perpaduan karya kriya yang unik. Contohnya seperti hadirnya kain batik sutra, perhiasan perak dan emas, serta perabotan rumah tangga dengan ukiran yang rumit dan indah.

Jika masa sebelumnya produk seni tinggi hanya bisa diciptakan oleh golongan keturunan empu, maka pada masa ini kriya seni alusan bisa diciptakan dengan mempelajari bidang ilmu yang tepat.

Riset dan penelitian atas seni kriya pada masa ini pun mulai dikembangkan, tidak plek hanya mengikuti apa yang sudah ada. Adanya sikap kritis analitis dan kreatif di kalangan para kriyawan membuat aktivitas penciptaan yang dilakukan mencerminkan dedikasi tinggi dan profesionalisme.

4. Masa Global – Digital

Era keterbukaan informasi dan perdagangan bebas turut membentuk lahirnya masa baru seni kriya.

Potensi industri kreatif Kabupaten Bantul memiliki kelentingan yang tinggi sehingga bisa beradaptasi dengan kebutuhan produk kriya di pasar internasional.

Di abad 21 ini peran yang bergerak adalah produk yang berdaya guna bagi lingkungan. Adanya kesadaran akan environmental massive exploitation membuat masyarakat cenderung memilih produk yang dihasilkan dari produk yang sebelumnya pernah ada.

Produk recycle dan upcycle adalah produk yang berasal dari limbah sampah yang diubah menjadi produk berguna dengan nilai ekonomi tinggi.