Peran Strategis Komite Ekonomi Kreatif Gandeng Unsur Hexahelix Bantul

Pemerintah Kabupaten Bantul membentuk Komite Ekonomi Kreatif dengan harapan para pelaku ekonomi kreatif bisa berkolaborasi dalam mengembangkan usahanya. Komite ini bertugas untuk menyatukan dan menyelaraskan potensi-potensi yang ada di Bantul sehingga mereka bisa saling bekerjasama.

Adapun anggota Komite Ekonomi Kreatif yang dikukuhkan tersebut berasal dari berbagai perwakilan elemen industri kreatif di Bantul. Termasuk di dalamnya adalah pelaku usaha batik, komunitas, akademisi, media, lembaga keuangan, pemerintah, dan elemen ekonomi lainnya.

Pembentukan Komite Ekonomi Kreatif (KEK) di Rumah Dinas Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, Senin (13/12)

Bupati Bantul berharap bahwa kolaborasi ini bisa membawa Kabupaten Bantul kepada level yang lebih tinggi yaitu Kota Kreatif Dunia dalam bidang seni kriya. Bantul memilih kategori seni kriya karena dinilai selama ini memiliki keunggulan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.

Salah satu langkah Pemerintah Bantul untuk meraih predikat Kota Kreatif Dunia adalah dengan berkoordinasi dengan Indonesia Creative Cities Network. Langkah tersebut dinilai dapat mendukung marketing pemasaran Bantul agar produk-produk UMKM yang dimiliki Bantul lebih mudah dan lebih banyak terserap pasar luar negeri.

Kolaborasi Hexahelix Menuju Kota Kreatif

Sebelum pengembangan Kota Kreatif dilakukan, hal penting yang harus terbentuk adalah Kolaborasi Hexahelix. Sesuai dengan namanya, Kolaborasi Hexahelix ini dibentuk dari enam faktor yang digambarkan dengan bagan A – B – C – G – M – F :

Academia
Business Sector
Community
Government
Media
Financial Institutions

Pemerintah pusat berperan mendukung daerah untuk maju menjadi kota kreatif dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya (program dan anggaran) yang dimilikinya. Kementerian dan/atau lembaga negara melakukan penilaian atas kebutuhan dukungan yang diajukan oleh daerah, serta memberikan dukungan yang sinergis dan terukur.

Pada level daerah, kolaborasi hexahelix memetakan potensi daerah yang dipersiapkan dan dimatangkan untuk menjadi keunggulan dan identitas dirinya. Pada waktu yang sama kolaborasi hexahelix melakukan penilaian terhadap posisi daerah saat ini, kemudian menyusun langkah-langkah transformasi menuju Kota Kreatif berkelanjutan.

Setiap unsur hexahelix harus memperhatikan dan menjalankan perannya masing masing agar kolaborasi dapat tumbuh berkelanjutan. Akademisi (Academia) berperan untuk melakukan riset dan kajian yang kemudian dimanfaatkan sebagai motor kreatif dan memberi masukan kebijakan kepada pemerintah.

Pelaku dari dunia usaha (Business Sector) berperan untuk mendorong produktivitas industri kreatif, fasilitasi produksi, pengembangan kreativitas, perluasan promosi dan pasar, dan pendampingan dan pendanaan. Komunitas (Community) berperan untuk menjalankan kolaborasi kreatif dan kegiatan yang mendorong sektor kreatif, dan memberi masukan kepada pemerintah (Government)