Bantul Bangun Ekosistem Kota Kreatif Crafts & Folk Art dengan Strategic Partnership

Potensi ekonomi kreatif lokal yang siap dikembangkan adalah faktor paling penting dalam pengembangan kawasan ekonomi kreatif. Potensi tersebut adalah modal utama untuk menjawab kebutuhan riil di lapangan dan mencapai hasil yang konkret.

Selanjutnya, keberadaan ruang kreatif di masyarakat sangat diperlukan untuk mewadahi pergerakan dan aktivitas dalam ekosistem ekonomi kreatif. Ruang kreatif bisa dimulai dari level paling kecil seperti hub dan inkubator, hingga ruang berskala besar yang disediakan oleh pemerintah.

Semua ruang kreatif tersebut selayaknya terkoneksi secara digital untuk mendukung ekosistem fisik dengan penguatan ekosistem nonfisik.

Ekosistem Kota Kreatif

Inti dari ketersediaan ruang kreatif adalah keterhubungan dan pertukaran yang selalu ada di antara para pengguna, konten, para pelaku kreatif dan teknologi. Satu hal yang perlu ditekankan adalah keterhubungan yang konstan, bukan hanya melalui sebuah acara, tetapi kegiatan yang berkelanjutan. Akses keterhubungan dalam sebuah sistem yang hidup, akan mempercepat laju inovasi.

Seluruh aktivitas yang terjadi di ruang kreatif harus terhubung dengan infrastruktur, baik dalam bentuk fisik (jalan, taman, stadion, bandar udara, dan pusat perbelanjaan), maupun teknologi informasi dan komunikasi (serat optik, antena, wi-fi, platform digital). Ketersediaan kedua jenis infrastruktur tersebut akan membuat para pelaku kreatif mampu mengembangkan ide baru, memperkaya, dan menyemarakkan ruang yang ada melalui kreasi-kreasi dan kolaborasi yang lahir dia antara mereka.

Situasi ini merupakan hal penting bagi setiap kawasan sebagai destinasi, sehingga mereka dapat menyadari kemampuan dalam sektor ekonomi kreatif yang berangkat dari kompetensi dan kemampuan masing-masing. Para pemangku kepentingan hexahelix dapat bergabung dalam satu platform untuk berjumpa dan bertukar ide. Semakin terbuka platform komunikasinya, semakin terbuka pula ruang pertukaran ide-idenya.

Tidak semua kawasan memiliki rantai nilai ekonomi kreatif yang lengkap. Satu kawasan misalnya, merupakan tempat untuk kreasi dan kawasan lain sebagai tempat ekshibisi dan pemasaran. Kondisi ini dapat dijembatani melalui konektor yang dapat menghubungkan akses pendanaan, tempat untuk kreasi dan produksi, dan mendatangkan konsumen dari luar. Tantangan koneksi antar kawasan dan kreativitas dapat dijawab dengan berjejaring dan membangun forum lintas komunitas.

Strategi pengembangan ekosistem ekonomi kreatif yang berkelanjutan:

  • Menciptakan lingkungan (ekosistem) yang kondusif bagi penciptaan modal intelektual, dengan cara merangkul komunitas, pelaku bisnis, dan akademisi;
  • Melakukan pemetaan potensi dan keunggulan kawasan (destinasi) secara internal dan eksternal;
  • Menentukan fokus subsektor ekonomi kreatif sebagai potensi unggulan yang menjadi lokomotif penarik gerbong subsektor ekonomi kreatif lainnya dan/atau ekonomi secara umum;
  • Melakukan kerja sama dan koordinasi antar aktor hexahelix, yang keberlangsungannya dipastikan berdasarkan komitmen yang kuat dari semua aktor;
  • Memiliki landasan regulasi yang kuat dan harus masuk dalam dokumen rencana strategis, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis Daerah (Renstrada) sebagai payung hukum, dan kelembagaan atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sektor ekonomi kreatif yang dapat mengimplementasikan dan menjaga upaya pengembangan ekonomi kreatif; dan
  • Memiliki kemampuan dan sistem untuk berproses secara berkelanjutan.

Ekosistem ekonomi kreatif yang berbentuk fisik berupa ruang dan infrastruktur perlu dilengkapi dengan ekosistem non fisik, di antaranya adalah:

  • Aktor Hexahelix (A-B-C-G-M-F)
  • Memiliki satu peran dalam rantai pasok;
  • Memiliki subsektor ekonomi kreatif; dan
  • Memiliki daya ungkit.